Kedatangan
Sekutu dan NICA
Latar Belakang :
Kekalahan
Jepang atas Sekutu menyebabkan Jepang kehilangan semua daerah jajahannya
termasuk Indonesia.Sekutu menugaskan Jepang untuk mempertahankan (status quo)
sampai kedatangan sekutu ke Indonesia.
Pasukan Sekutu :
Tugas
pengambilalihan kekuasaan dari tangan Jepang dilakukan oleh Komando Asia
Tenggara South East Asia Command (SEAC).Pasukan ini dipimpin
LaksamanaLord Louis Mountbatten. Untuk melaksanakan tugas itu,
Mountbatten membentuk komando khusus yang diberi nama Allied Forces
Netherlands East Indies (AFNEI). AFNEI dipimpin Letnan Jenderal Sir
Philip Christison.
TUGAS AFNEI
1)
Menerima penyerahan kekuasaan dari tangan Jepang.
2)
Membebaskan para tawanan perang dan interniran Sekutu.
3)
Melucuti dan mengumpulkan orang Jepang untuk dipulangkan ke Jepang.
4)
Menegakkan dan mempertahankan keadaan damai untuk kemudian diserahkan kepada
pemerintah sipil.
5)
Menghimpun keterangan tentang penjahat perang dan menuntut penjahat perang
KEDATANGAN PASUKAN AFNEI
Pasukan Allied
Forces Netherlands East Indies (AFNEI). AFNEI dipimpin Letnan
Jenderal Sir Philip Christison mendarat di Jakarta pada tanggal 29
September 1945.
Kedatangan
Sekutu semula disambut dengan sikap terbuka oleh pihak Indonesia.Namun setelah
diketahui bahwa pasukan Sekutu datang bersama NICA (Netherland Indies Civil
Administration), sikap Indonesia berubah menjadi curiga dan kemudian
bermusuhan.
PERJUANGAN
FISIK/BERSENJATA
PERJUANGAN DIPLOMASI
1.Pertempuran
Surabaya
1.Perjanjian Linggajati
2.Pertempuran
Ambarawa
2.Perjanjian Renville
3.Pertempuran
Medan
Area
3.KMB
4.Bandung Lautan
Api
4.Perundingan Roem-Roeyen
PERJUANGAN FISIK/BERSENJATA
1.PERTEMPURAN SURABAYA
A.Latar Belakang :
Kedatangan
pasukan Brigadir 49 (AFNEI) di Tanjung Perak, Surabaya dibawah pimpinan Brigjen
A.W.S. Mallaby (25 Oktober 1945). Mereka bertugas untuk melucuti pasukan Jepang
dan membebaskan para interniran.Kedatangan Mallaby disambut oleh R.M. Suryo
(Gubernur Jawa Timur).
B.Tokoh – tokoh :
Pihak
Indonesia : Gub. Suryo, Bung Tomo
Pihak
Sekutu : Brigjen Mallaby,
Mayjen Marsergh.
C. Waktu Peristiwa : 10
– 28 November 1945
D. Sebab meletusnya Pertempuran Surabaya :
1.
Pasukan Sekutu mengingkari janjinya
dengan melakukan penyerangan di Penjara Kalisosok dan menduduki obyek-obyek
vital diSurabaya.
2.
Peristiwa terbunuhnya Brigjen A.W.S
Mallaby di dekat Gedung Internatio Jembatan Merah.(30 Oktober 1945)
3.
Penolakan ultimatum sekutu
E. Peristiwa Pertempuran Surabaya
Akibat
meninggalnya Brigjen Mallaby, Inggris mengeluarkan ultimatum,
isinyaagar rakyat Surabaya menyerah kepada Sekutu.Secara resmi rakyat
Surabaya, yang diwakili Gubernur Suryo menolak
ultimatum Inggris. Akibatnya padatanggal 10 November 1945 pagi hari, pasukan
Inggris mengerahkan pasukan infantri dengan senjata-senjata berat dan menyerbu
Surabaya dari darat, laut, maupun udara.
Rakyat
Surabaya tidak takut dengan gempuran Sekutu. Bung Tomo memimpin
rakyat dengan berpidato membangkitkan semangat lewat radio.pemberontakan.Pertempuran
berlangsung selama tiga minggu ( 10 -28 November 1945 ).
F. Akhir Pertempuran Surabaya
Akibat
pertempuran tersebut 6.000 rakyat Surabaya gugur.Pengaruh pertempuran Surabaya
berdampak luas di kalangan internasional, bahkan masuk dalam agenda sidang
Dewan Keamanan PBB tanggal 7-13 Februari 1946.
Untuk
memperingati kepahlawanan rakyat Surabaya, pemerintah RI menetapkan 10 November
sebagai hari Pahlawan.
2.
PERTEMPURAN AMBARAWA
A. Latar Belakang :
Kedatangan
pasukan Sekutu Brigadir Altileri dari Divisi India ke 23 di Semarang (20
Oktober 1945)
B. Waktu Peristiwa :
20
November – 15 Desember 1945
C. Tokoh-tokohnya :
Brigjen
Bethel dan Kolonel Soedirman
D. Sebab meletusnya :
Secara
diam-diam sekutu diboncengi NICA dan mempersenjatai para bekas tawanan perang
di Ambarawa dan Magelang.
E. Jalannya Peristiwa :
Pertempuran
Ambarawa dimulai dari insiden yang terjadi di Magelang pada tgl 26 Oktober
1945, kemudian reda setelah kedatangan Presiden Soekarno tgl 2 Nov 1945 untuk
mengadakan perundingan.Pada 20 November 1945 di Ambarawa pecah pertempuran
antara pasukan TKR di bawah pimpinan Mayor Sumarto melawan tentara Sekutu.
Pertempuran Ambarawa mengakibatkan gugurnya Letkol Isdiman(Panglima Divisi
Purwokerto). Posisi Letkol Isdiman kemudian digantikan oleh Kolonel
Soedirman.Kota Ambarawa berhasil dikepung selama 4 hari 4 malam oleh
pasukan RI.
F. Akhir Peristiwa :
Mengingat
posisi yang telah terjepit, maka pasukan Sekutu meninggalkan kota Ambarawa
tanggal 15 Desember 1945 menuju Semarang. Keberhasilan TKR mengusir Sekutu dari
Ambarawa menjadi salah satu peristiwa penting dalam perjuangan mempertahankan
kemerdekaan RI.
3. PERTEMPURAN MEDAN AREA
A. Latar Belakang :
Pada
tanggal 9 Oktober 1945 tentara Inggris yang diboncengi oleh NICA mendarat di
Medan.Mereka dipimpin oleh Brigjen T.E.D Kelly.Awalnya mereka
diterima secara baik oleh Gub.Moh Hassan di Sumatra Utara
sehubungan dengan tugasnya untuk membebaskan tawanan perang (tentara Belanda).
B. Waktu Peristiwa : 1
Des 1945
C. Tokoh-tokohnya : Brigjen
T.E.D. Kelly dan Achmad Tahir
D.
Sebab meletusnya : Tawanan
perang yang dibebaskan sekutu dipersenjatai & bersikap congkak sehingga
menyebabkan terjadinya insiden di beberapa tempat.
E. Jalannya Peristiwa :
Pd
tgl 18 Okt 1945, Sekutu mengultimatum rakyat Medan untuk menyerahkan
senjatanya.NICA melakukan aksi teror yg menyebabkan pecahnya pertempuran shg
banyak korban di pihak Inggris.
Tgl
1 Des 1945 Sekutu memasang papan-papan yang bertuliskan Fixed
Boundaries Medan Area di berbagai sudut pinggiran kota Medan.
Pada bulan April 1946 pasukan
Sekutu berhasil mendesak pemerintah RI keluar Medan. Pasukan Inggris dan NICA
mengadakan pembersihan terhadap unsur Republik yang berada di kota Medan. Hal
ini jelas menimbulkan reaksi para pemuda dan TKR untuk melawan kekuatan asing
yang mencoba berkuasa kembali.
F. Akhir Peristiwa :
Pada
tgl 10 Agustus 1946 di Tebingtinggi diadakan pertemuan antara komandan-komandan
pasukan yang berjuang di Medan Area.Pertemuan tersebut memutuskan dibentuknya
satu komando yang bernama Komando Resimen Laskar Rakyat Medan
Area. Komando tersebut meneruskan perjuangan di Medan Area.
4. PERTEMPURAN BANDUNG LAUTAN API
A. Latar Belakang :
Masuknya
pasukan Sekutu yang dgn diboncengi NICA ke Bandung pada 17 Oktober 1945
B. Waktu Peristiwa : 24
Maret 1946
C. Tokoh-tokohnya :
1. Kolonel A.H Nasution
2. Moh. Toha (tewas ketika meledakan Gudang Mesiu NICA)
D. Sebab meletusnya :
1.
Pada tgl 21 November 1945, Sekutu
mengeluarkan ultimatum pertama isinya kota Bandung bagian Utara paling ambat
tgl 29 November 1945 dikosongkan oleh para pejuang. Ultimatum tsb tdk
ditanggapi oleh para pejuang. Shg lahir perundingan dimana kota Bandung dibagi
2 dg batas rel kereta api, sebelah utara dikuasai Sekutu sebelah selatan
pihak Indonesia.
2.
Selanjutnya tgl 23 Maret 1946,
merasa kedudukannya blm aman. Sekutu mengeluarkan ultimatum kembali. Yg isinya
memerintahkan pengosongan kota Bandung/ mundur dari kota sejauh 11 Km.
Menghadapi ultimatum tersebut para pejuang kebingungan krn mendapat 2 perintah
yg berbeda. Pemerintah RI di Jkt memerintahkan agar TRI mengosongkan kota
Bandung. Sementara markas TRI di Yogyakt menginstruksikan agar Bandung tdk
dikosongkan.
E. Jalannya Peristiwa :
Dengan
berat hati TRI dibawah pimpinan Kolonel A.H Nasution bersama rakyat Bandung
mematuhi perintah Jakarta. Namun sebelum meninggalkan kota, mereka menyerang
pos-pos pasukan Sekutu dan melakukan pembumihangusan Kota Bandung. Peristiwa
tgl 24 Maret 1946 tersebut kemudian dikenal Bandung Lautan Api.Pada
peristiwa tersebut Moh. Toha tewas meledakkan Gudang
Mesiu NICA.
5.PERISTIWA MERAH PUTIH
DI MANADO
Peristiwa
ini diawali ketika NICA yang mulai sewenang – wenang terhadap rakyat Indonesia.
Dan tindakan sewenang – wenang itu mengundang reaksi dari rakyat Indonesia
dengan membentuk Pasukan Pemuda Indonesia (PPI). Pada pertengahan Januari 1946
PPI mengadajkan rapat rahasia, namun diketahui oleh NICA. Akibatnya anggota PPI
ditangkap dan dilucuti senjata dari pasukan KNIL. Kemudian pada dini hari
tanggal 14 Februari 1946 PPI menyerbu kedudukan NICA di Teling dan mampu
membebaskan para tokoh pejuang Indonesia dan mampu melawan NICA beserta
pasukannya. selanjutnya PPI merobek bendera biru Belanda jadi terlihat merah
putih yang berkibar di tangsi Teling. Selanjutnya markas NICA di Tomohon dan
Tondano berhasil dikuasai PPI. Setelah NICA berhasil disingkirkan, pemerintah
sipil terbentuk dengan BW Lapian sebagai residen dan juga membentuk TRI yang
dipimpin oleh Ch.Taulu, Wuisan dan J,Kaseger
6.PUPUTAN
MARGARANA DI BALI (18 DESEMBER 1946)
Dalam bahasa bali, Puputan berarti
perang sampai titik darah penghabisan. Peristiwa inilah yang terjadi di desa
Margarana, Tabanan Bali pada tanggal 18 Desember 1946. Pasukan Ciung Wanara
pimpinan Kolonel I Gusti Ngurah Rai dengan semangat puputan menyerbu tangsi /
markas NICA di Tabanan untuk menggagalkan pembentukan Negara Indonesia Timur
dalam Konferensi Denpasar yang saat itu sedang berlangsung. I Gusti Ngurah Rai
dan seluruh anggota pasukannya gugur dalam pertempuran tersebut.
7.PERISTIWA
11 NOPEMBER 1946 DI SULAWESI SELATAN
Pada saat Belanda (Mayjend Van Mook)
sedang mengadakan Konferensi Denpasar dalam rangka pembentukan negara Indonesia
Timur dan negara-negara boneka lainnya, pada tanggal 11 Desember 1946 Belanda
mengumumkan bahwa Sulawesi berada dalam status darurat perang dan hukum militer
(akibat dari penolakan rakyat terhadap rencana (pembentukan Negara Indonesia
Timur). Rakyat Sulawesi Selatan yang diangap menolak atau tidak
setuju/menentang rencana tersebut dibantai habis oleh pasukan Belanda pimpinan
Raymond Westerling yang mengakibatkan lebih dari 40.000 jiwa rakyat Sulawesi
meninggal.
Robert Wolter Monginsidi dan Andi Matalatta yang memimpin
pasukan untuk melawan kebiadaban Belanda akhirnya tertangkap dan dijatuhi
hukuman mati.
PERJUANGAN DIPLOMASI
1.
PERTEMUAN SOEKARNO – VAN MOOK
- Tokoh: Pihak Indonesia: Soekarno,
Moh. Hatta, Ahmad Soebardjo, H.Agus Salim.. Pihak Belanda: Van Mook, Van
Der Plas..
- Tanggal: 25 Oktober 1945
- Tempat: ?
- Hasil: Van Mook mengemukakan
masalah Indonesia, menjadi negara persemakmuran berbentuk federal dan
memasukkan Indonesia ke dalam anggota PBB
2.
PERTEMUAN SJAHRIR – VAN MOOK:
- Tokoh: Pihak Sekutu: Jend.
Christison.. Pihak Belanda: Van Mook.. Pihak Indonesia: Sutan Sjahrir
- Tanggal: 17 November 1945
- Tempat: Markas Besar Tentara
Inggris, Jl. Imam Bondjol No. 1, Jakarta
- Hasil: gagal.
3.
PERUNDINGAN SJAHRIR – VAN MOOK:
- Tokoh: Pihak Inggris (penengah):
Sir Archibald.. Pihak Belanda: Van Mook.. Pihak Indonesia: Sutan Sjahrir
- Tanggal: 10 Februari 1946
- Tempat: Jakarta, Indonesia
- Hasil:
- - Van Mook: Indonesia negara
commonwealth (berbentuk federasi), urusan dalam negeri di atur Indonesia,
urusan luar negeri di atur Belanda,
- - Sjahrir: Indonesia harus diakui,
urusan luar negeri diatur oleh Indonesia dan Belanda (ditolak)
- - Sjahrir: Belanda harus mengakui
de facto RI, RIS, RIS bersama” dg peserta dalam ikatan negara
belanda
4.
PERUNDINGAN DI HOOGE VELUWE:
- Tokoh: delegasi RI: mr. suwandi,
dr. sudarsono, mr. prianggodigdo.. delegasi belanda: van mook, prof.
logemann, idenburgh, van royen, van asbeck, sultan hamid II, surio
santosa.. penengah: Sir Archibald
- Tanggal: 14-26 April 1946
- Tempat: Hooge Veluwe, Belanda
- Hasil: tidak ada, karena belanda
menolak hasil perundingan antara Sjahrir – Van Mook sebelumnya..
5. PERUNDINGAN
LINGGARJATI
a.
Latar Belakang
Adanya
keinginan pihak Inggris untk menjadi perantara antara Indonesia dan Belanda yg
bertikai.
b. Waktu& Tempat Perundingan : 10-15 Nov 1946 di Linggajati, dekat Cirebon.
c. Tokoh-tokohnya : Schermerhorn (BLD), Sutan Syahrir (INA), Lord Killearn
(ING).
d. Hasil Perundingan :
a)
Belanda mengakui de facto kekuasaaan RI atas Sumatera, Jawa, dan Madura
b)
Belanda dan RI bersama-sama menyelanggarakan berdirinya Negara Indonesia
Serikat
c)
Negara Indonesia Serikat tetap bekerja sama dengan pemerintah Belanda dengan
membentuk Uni-Indonesia Belanda dengan Ratu Belanda sebagai kepala Uni
e. Manfaat/Akibat Perundingan
:
◙ Belanda
telah mengakui wilayah kekuasaan RI
atas Sumatera, Jawa, dan Madura
◙ Perbedaan
tafsiran isi naskah
persetujuan Linggajati, menjadi
pangkal perselisihan.
◙ Lebih-lebih
setelah pihak Belanda melanggar gencatan senjata dgn melakukuan Agresi Militer
Bld I (21 JULI 1947).
◙ Tgl
27 Mei 1947 pihak Belanda melalui misi Idenburg, menyampaikan nota
yang harus dijawab dalam waktu 2 minggu.
◙ Nota
balasan yang disampaikan oleh Syahrir tersebut dianggap terlalu lemah, akhirnya
Kabinet Syahrir menyerahkan kembali mandatnya kepada presiden.
kedudukan RI kuat
di mata internasional karena Inggris dan Amerika telah mengakui RI secara de
facto. tp, belanda melakukan Agresi Militer I, 21 Juli 1947
6. PERUNDINGAN
RENVILLE
a. Latar Belakang :
·
Tanggal 1 Agustus 1947 PBB
mengeluarkan seruan gencatan senjata dan mencari penyelesaian secara damai.
·
Duta Keliling Ri di PBB, Sutan
Syahrir meminta kepada DK untuk membentuk badan arbitrase (penengah).
·
DK PBB setuju usul Amerika untuk
membentuk komisi jasa-jasa baik (Good Will Commission) yang
kemudian dikenal sebagai Komisi Tiga Negara (KTN).
·
Pemerintah RI memilih Australia,
Belanda memilih Belgia, kedua negara itu memilih Amerika Serikat sebagai
anggota ketiga.
b. Waktu & Tempat Perundingan :
·
Tanggal 27 Okt 1947 anggota KTN
tiba.
·
Tanggal 17 Jan 1948 hasil
Perundingan Renville ini ditandatangani.
·
Tempat kapal AS “USS Renville”
c. Tokoh-tokohnya :
1.
Tokoh KTN : Australia (Richard C.
Kirby), Belgia (Paul van Zeeland), Amerika Serikat (Dr. Frank B.
Graham).
2.
Delegasi Indonesia dipimpin
oleh Perdana Menteri Amir Syarifuddinsendiri, dengan Ali
Sastroamijoyo sebagai wakilnya
3.
Delegasi Belanda dipimpin oleh R. Abdulkadir
Widjoyoatmodjo, denganMr. H.A.L. van Vredenburgh sebagai wakil.
d. Hasil Perundingan :
Karena
desakan pihak Belanda dan KTN, RI akhirnya menyetujui isi Perundingan Renville
yang sangat merugikan pihak RI. Isinya antara lain :
1.
Pihak RI menyetujui dibentuknya NIS
pada masa peralihan;
2.
Daerah yang diduduki Belanda melalui
agresinya, diakui sampai dengan diadakan plebisit.
3.
RI bersedia menarik semua pasukan
dari daerah kantong masuk ke wilayah RI (hijrah).
e. Akibat Perundingan :
·
Sekalipun Kabinet Amir merupakan
kabinet koalisi yang kuat, namun setelah Perjanjian Renville, partai-partai
politik menentangnya.
·
Masyumi, pendukung utama kabinet
ini, menarik menteri-menterinya. Tindakan ini didukung oleh PNI.
·
Kabinet Amir yang hanya didukung
oleh partai-partai sayap kiri dan tidak mampu mempertahankan diri.
·
Pada tanggal 23 Januari 1948 Amir
Syarifuddin menyerahkan mandatnya kepada Presiden.
ada perbedaan pendapat antara wakil tinggi mahkota belanda
dg Van Mook dan menyatakan tidak terikat dg perjanjian apapun. maka,
dilaksanakanlah Agresi Militer II, 18 Desember 1948
7. PERUNDINGAN ROEM-ROYEN
A.
Latar Belakang:
Terjadinya
Agresi Militer Bld II (19 Sept 1948) menimbulkan reaksi yang cukup keras dari
Amerika Serikat dan Inggris, bahkan PBB.Sebagai reaksi dari Agresi Militer
Belanda, PBB memperluas kewenangan KTN. Komisi Tiga Negara diubah menjadi
UNCI. UNCI (United Nations Commission for Indonesia).UNCI
dipimpin oleh Merle Cochran (Amerika Serikat) dibantu Critchley (Australia)
dan Harremans (Belgia).Hasil kerja UNCI di antaranya
mengadakan Perjanjian Roem-Royen antara Indonesia Belanda.
B. Waktu & Tempat Perundingan :
14
April 1949 di Hotel Des Indes, Jakarta
C. Tokoh-tokohnya :
1.
Wakil PBB adalah Merle Cochran
(Amerika Serikat)
2.
Delegasi RI dipimpin oleh Mr. Moh.
Roem,
3.
Delegasi Belanda dipimpin oleh van
Royen
D. Hasil Perundingan :
a)
Perhentiantembak menembak
b)
Pengembalian RI ke Yogya
c)
Segera diadakan KMB di Den Haag
E. Akibat Perundingan :
Pemerintahan
RI kembali ke Yogyakarta pada tanggal 13 Juli 1949 diadakan sidang kabinet yang
menghasilkan keputusan bahwa Sri Sultan Hamengkubuwono IX diangkat menjadi
Menteri Pertahanan dan Koordinator Keamanan.
8. PERUNDINGAN KMB
A. Latar Belakang :
Konferensi
Meja Bundar (KMB) merupakan tindak lanjut dari Perundingan Roem-Royen.Sebelum
KMB dilaksanakan, RI mengadakan pertemuan dengan BFO (Badan Permusyawaratan
Federal). Pertemuan ini dikenal dengan dengan Konferensi
Inter-Indonesia (KII) Tujuannya untuk menyamakan langkah dan sikap sesama
bangsa Indonesia dalam menghadapi KMB
B. Waktu dan Tempat :
23
Agustus – 2 September 1949, Denhaag Belanda.
C. Tokoh-tokohnya :
·
Wakil Indonesia (Moh. Hatta)
·
Wakil BFO (Sultan Hamid II)
·
Wakil Mr. Van Maarsevenq
·
UNCI diwakili oleh Chritchley
D. Hasil Perundingan :
1. Belanda mengakui RIS sebagai negara yang merdeka dan
berdaulat.
2. Pengakuan kedaulatan dilakukan selambat-lambatnya tanggal 30
Desember 1949.
3. Masalah Irian Barat akan diadakan perundingan lagi dalam
waktu 1 tahun setelah pengakuan kedaulatan RIS.
4. Antara RIS dan Kerajaan Belanda akan diadakan hubungan Uni
Indonesia Belanda yang dikepalai Raja Belanda.
5. Tentara Kerajaan Belanda selekas mungkin ditarik mundur,
sedang Tentara Kerajaan Hindia Belanda (KNIL) akan dibubarkan dengan catatan
bahwa para anggotanya yang diperlukan akan dimasukkan dalam kesatuan TNI.
E. Dampak Perundingan :
1. Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia.
2. Konflik dengan Belanda dapat diakhiri dan pembangunan segera
dapat dimulai.
3. Irian Barat belum bisa diserahkan kepada Republik Indonesia
Serikat.
4. Bentuk negara serikat tidak sesuai dengan cita-cita
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.
PEMBERONTAKAN
DI INDONESIA.
Pemberontakan PKI di Madiun Tahun 1948
Membahas tentang pemberontakan PKI di Madiun tidak bisa lepas dari
jatuhnya kabinet Amir Syarifuddin tahun 1948. Mengapa kabinet Amir jatuh?
Jatuhnya kabinet Amir disebabkan oleh kegagalannya dalam Perundingan Renville
yang sangat merugikan Indonesia. Untuk merebut kembali kedudukannya,pada
tanggal 28 Juni 1948 Amir Syarifuddin membentuk Front Demokrasi Rakyat (FDR)
Untuk memperkuat basis massa, FDR membentuk organisasi kaum petani dan buruh.
Selain itu dengan memancing bentrokan dengan menghasut buruh. Puncaknya ketika
terjadi pemogokan di pabrik karung Delanggu (Jawa Tengah) pada tanggal 5 Juli
1959. Pada tanggal 11 Agustus 1948, Musso tiba dari Moskow. Amir dan FDR segera
bergabung dengan Musso. Untuk memperkuat organisasi, maka disusunlah doktrin
bagi PKI. Doktrin itu bernama Jalan Baru. PKI banyak melakukan kekacauan,
terutama di Surakarta.
Oleh PKI daerah Surakarta dijadikan daerah kacau
(wildwest). Sementara Madiun dijadikan basis gerilya. Pada tanggal 18 September
1948, Musso memproklamasikan berdirinya pemerintahan Soviet di Indonesia.
Tujuannya untuk meruntuhkan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan menggantinya dengan negara komunis. Pada waktu yang
bersamaan, gerakan PKI dapat merebut tempat-tempat penting di Madiun. Untuk
menumpas pemberontakan PKI, pemerintah melancarkan operasi militer. Dalam hal
ini peran Divisi Siliwangi cukup besar. Di samping itu, Panglima Besar Jenderal
Soedirman memerintahkan Kolonel Gatot Subroto di Jawa Tengah dan Kolonel
Sungkono di Jawa Timur untuk mengerahkan pasukannya menumpas pemberontakan PKI
di Madiun. Dengan dukungan rakyat di berbagai tempat, pada tanggal 30 September
1948, kota Madiun berhasil direbut kembali oleh tentara Republik. Pada akhirnya
tokoh-tokoh PKI seperti Aidit dan Lukman melarikan diri ke Cina dan Vietnam.
Sementara itu, tanggal 31 Oktober 1948 Musso tewas ditembak. Sekitar 300 orang
ditangkap oleh pasukan Siliwangi pada tanggal 1 Desember 1948 di daerah Purwodadi,
Jawa Tengah.
Dengan ditumpasnya pemberontakan PKI di Madiun, maka selamatlah
bangsa dan negara Indonesia dari rongrongan dan ancaman kaum komunis yang
bertentangan dengan ideologi Pancasila. Penumpasan pemberontakan PKI dilakukan
oleh bangsa Indonesia sendiri, tanpa bantuan apa pun dan dari siapa pun. Dalam
kondisi bangsa yang begitu sulit itu, ternyata RI sanggup menumpas
pemberontakan yang relatif besar oleh golongan komunis dalam waktu singkat.
B. Pemberontakan Darul Islam (DI) dan Tentara
Islam Indonesia (TII)
(DI/TII Kartosuwiryo di Jawa Barat)
(DI/TII Kartosuwiryo di Jawa Barat)
Berdasarkan Perundingan Renville, kekuatan
militer Republik Indonesia harus meninggalkan wilayah Jawa Barat yang dikuasai
Belanda. TNI harus mengungsi ke daerah Jawa Tengah yang dikuasai Republik Indonesia.
Tidak semua komponen bangsa menaati isi Perjanjian Renville yang dirasakan
sangat merugikan bangsa Indonesia. Salah satunya adalah S.M. Kartosuwiryo
beserta para pendukungnya. Pada tanggal 7 Agustus 1949, Kartosuwiryo
memproklamasikan berdirinya Negara Islam Indonesia (NII). Tentara dan
pendukungnya disebut Tentara Islam Indonesia (TII). Gerakan Darul Islam yang
didirikan oleh Kartosuwiryo mempunyai pengaruh yang cukup luas. Pengaruhnya
sampai ke Aceh yang dipimpin Daud Beureueh, Jawa Tengah (Brebes, Tegal) yang
dipimpin Amir Fatah dan Kyai Somolangu (Kebumen), Kalimantan Selatan dipimpin
Ibnu Hajar, dan Sulawesi Selatan dengan tokohnya Kahar Muzakar.
C. Pemberontakan Pemerintahan Revolusioner
Republik Indonesia (PRRI)
Munculnya pemberontakan PRRI diawali dari ketidakharmonisan
hubungan pemerintah daerah dan pusat. Daerah kecewa terhadap pemerintah pusat
yang dianggap tidak adil dalam alokasi dana pembangunan. Kekecewaan tersebut
diwujudkan dengan pembentukan dewan-dewan daerah seperti berikut.
a. Dewan Banteng di Sumatra Barat yang dipimpin oleh Letkol Ahmad
Husein.
b. Dewan Gajah di Sumatra Utara yang dipimpin oleh Kolonel Maludin Simbolan.
c. Dewan Garuda di Sumatra Selatan yang dipimpin oleh Letkol Barlian.
d. Dewan Manguni di Sulawesi Utara yang dipimpin oleh Kolonel Ventje Sumual.
b. Dewan Gajah di Sumatra Utara yang dipimpin oleh Kolonel Maludin Simbolan.
c. Dewan Garuda di Sumatra Selatan yang dipimpin oleh Letkol Barlian.
d. Dewan Manguni di Sulawesi Utara yang dipimpin oleh Kolonel Ventje Sumual.
Tanggal 10 Februari 1958 Ahmad Husein menuntut agar Kabinet
Djuanda mengundurkan diri dalam waktu 5 x 24 jam, dan menyerahkan mandatnya
kepada presiden. Tuntutan tersebut jelas ditolak pemerintah pusat. Setelah
menerima ultimatum, maka pemerintah bertindak tegas dengan memecat secara tidak
hormat Ahmad Hussein, Simbolon, Zulkifli Lubis, dan Dahlan Djambek yang
memimpin gerakan sparatis. Langkah berikutnya tanggal 12 Februari 1958 KSAD
A.H. Nasution membekukan Kodam Sumatra Tengah dan selanjutnya menempatkan
langsung di bawah KSAD.
Pada tanggal 15 Februari 1958 Achmad Hussein memproklamasikan
berdirinya Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI). Sebagai perdana
menterinya adalah Mr. Syafruddin Prawiranegara.
D. Pemberontakan Permesta
Proklamasi PRRI ternyata mendapat dukungan dari Indonesia bagian
Timur. Tanggal 17 Februari 1958 Somba memutuskan hubungan dengan pemerintah
pusat dan mendukung PRRI. Gerakannya dikenal dengan Perjuangan Rakyat Semesta
(Permesta). Gerakan ini jelas melawan pemerintah pusat dan menentang tentara
sehingga harus ditumpas. Untuk menumpas gerakan Permesta, pemerintah
melancarkan operasi militer beberapa kali. Berikut ini operasi-operasi militer
tersebut.
a. Komando operasi Merdeka yang dipimpin oleh Letkol Rukminto Hendraningrat.
a. Komando operasi Merdeka yang dipimpin oleh Letkol Rukminto Hendraningrat.
b. Operasi Saptamarga I dipimpin Letkol Sumarsono, menumpas
Permesta di Sulawesi Utara bagian Tengah.
c. Operasi Saptamarga II dipimpin Letkol Agus Prasmono dengan
sasaran Sulawesi Utara bagian Selatan.
d. Operasi Saptamarga III dipimpin Letkol Magenda dengan sasaran
kepulauan sebelah Utara Manado.
e. Operasi Saptamarga IV dipimpin Letkol Rukminto Hendraningrat,
menumpas Permesta di Sulawesi Utara.
f. Operasi Mena I dipimpin Letkol Pieters dengan sasaran Jailolo.
g. Operasi Mena II dipimpin Letkol Hunholz untuk merebut lapangan
udara Morotai.
Ternyata Gerakan Permesta mendapat dukungan
asing, terbukti dengan ditembak jatuhnya pesawat yang dikemudikan oleh Alan
Pope warga negara Amerika Serikat tanggal 18 Mei 1958 di atas Ambon. Meskipun
demikian, pemberontakan Permesta dapat dilumpuhkan sekitar bulan Agustus 1958,
walaupun sisa-sisanya masih ada sampai tahun 1961.
E. Gerakan Aceh Merdeka (GAM)
adalah sebuah organisasi (yang dianggap separatis) yang memiliki
tujuan supaya daerah Aceh atau yang sekarang secara resmi disebut Nanggroe Aceh
Darussalam lepas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Konflik antara
pemerintah dan GAM yang diakibatkan perbedaan keinginan ini telah berlangsung
sejak tahun 1976 dan menyebabkan jatuhnya hampir sekitar 15.000 jiwa. Gerakan
ini juga dikenal dengan nama Aceh Sumatra National Liberation Front (ASNLF).
GAM dipimpin oleh Hasan di Tiro yang sekarang bermukim di Swedia dan
berkewarganegaraan Swedia.
Pada 27 Februari 2005, pihak GAM dan pemerintah memulai tahap
perundingan di Vantaa, Finlandia. Mantan presiden Finlandia Marti Ahtisaari
berperan sebagai fasilitator.
Pada 17 Juli 2005, setelah perundingan selama 25
hari, tim perunding Indonesia berhasil mencapai kesepakatan damai dengan GAM di
Vantaa, Helsinki, Finlandia. Penandatanganan nota kesepakatan damai
dilangsungkan pada 15 Agustus 2005. Proses perdamaian selanjutnya dipantau oleh
sebuah tim yang bernama Aceh Monitoring Mission (AMM) yang beranggotakan lima
negara ASEAN dan beberapa negara yang tergabung dalam Uni Eropa. Di antara poin
pentingnya adalah bahwa pemerintah Indonesia akan turut memfasilitasi
pembentukan partai politik lokal di Aceh dan pemberian amnesti bagi anggota
GAM.
Seluruh senjata GAM yang mencapai 840 pucuk selesai diserahkan
kepada AMM pada 19 Desember 2005. Kemudian pada 27 Desember, GAM melalui juru
bicara militernya, Sofyan Daud, menyatakan bahwa sayap militer mereka telah
dibubarkan secara formal.
F. Gerakan Separatis Tragedi Nasional G 30 S/PKI
Tahun 1965
DN. Aidit Doktrin Nasakom yang dikembangkan oleh
Presiden Soekarno memberi keleluasaan PKI untuk memperluas pengaruh. Usaha PKI
untuk mencari pengaruh didukung oleh kondisi ekonomi bangsa yang semakin
memprihatinkan. Dengan adanya nasakomisasi tersebut, PKI menjadi salah satu
kekuatan yang penting pada masa Demokrasi Terpimpin bersama Presiden Soekarno
dan Angkatan Darat. Pada akhir tahun 1963, PKI melancarkan sebuah gerakan yang
disebut “aksi sepihak”. Para petani dan buruh, dibantu para kader PKI,
mengambil alih tanah penduduk, melakukan aksi demonstrasi dan pemogokan. Untuk
melancarkan kudeta, maka PKI membentuk Biro Khusus yang diketuai oleh Syam
Kamaruzaman. Biro Khusus tersebut mempunyai tugas-tugas berikut.
a. Menyebarluaskan pengaruh dan ideologi PKI ke dalam tubuh ABRI.
b. Mengusahakan agar setiap anggota ABRI yang telah bersedia
menjadi anggota PKI dan telah disumpah dapat membina anggota ABRI lainnya.
c. Mendata dan mencatat para anggota ABRI yang telah dibina atau
menjadi pengikut PKI agar sewaktu-waktu dapat dimanfaatkan untuk
kepentingannya.
Memasuki tahun 1965 pertentangan antara PKI
dengan Angkatan Darat semakin meningkat. D.N. Aidit sebagai pemimpin PKI
beserta Biro Khususnya, mulai meletakkan siasat-siasat untuk melawan komando
puncak AD. Berikut ini siasat-siasat yang ditempuh oleh Biro Khusus PKI.
a. Memojokkan dan
mencemarkan komando AD dengan tuduhan terlibat dalam persekongkolan
(konspirasi) menentang RI, karena bekerja sama dengan Inggris dan Amerika
Serikat.
b. Menuduh komando
puncak AD telah membentuk “Dewan Jenderal” yang tujuannya menggulingkan
Presiden Soekarno.
c. Mengorganisir perwira
militer yang tidak mendukung adanya “Dewan Jenderal”.
d. Mengisolir komando AD
dari angkatan-angkatan lain.
e. Mengusulkan kepada
pemerintah agar membentuk Angkatan Kelima yang terdiri dari para buruh dan
petani yang dipersenjatai.
Ketegangan politik antara PKI dan TNI AD mencapai puncaknya
setelah tanggal 30 September 1965 dini hari, atau awal tanggal 1 Oktober 1965.
Pada saat itu terjadi penculikan dan pembunuhan terhadap para perwira Angkatan
Darat.
G. Pemberontakan APRA (Angkatan Perang Ratu
Adil), Andi Azis, dan Republik Maluku Selatan (RMS)
Dr. Soumokil Pada masa pemerintahan RIS, muncul
pemberontakan-pemberontakan yang mengguncang stabilitas politik dalam negeri.
Pemberontakan-pemberontakan tersebut antara lain gerakan Angkatan Perang Ratu
Adil (APRA), pemberontakan Andi Azis, dan Gerakan Republik Maluku Selatan
(RMS).
H. Republik Maluku Selatan (RMS)
Republik Maluku Selatan (RMS) adalah daerah yang diproklamasikan
merdeka pada 25 April 1950 dengan maksud untuk memisahkan diri dari Negara
Indonesia Timur (saat itu Indonesia masih berupa Republik Indonesia Serikat).
Namun oleh Pemerintah Pusat, RMS dianggap sebagai pemberontakan dan setelah
misi damai gagal, maka RMS ditumpas tuntas pada November 1950. Sejak 1966 RMS
berfungsi sebagai pemerintahan di pengasingan, Belanda.
Pada 25 April 1950 RMS hampir/nyaris
diproklamasikan oleh orang-orang bekas prajurit KNIL dan pro-Belanda yang di
antaranya adalah Dr. Chr.R.S. Soumokil bekas jaksa agung Negara Indonesia Timur
yang kemudian ditunjuk sebagai Presiden, Ir. J.A. Manusama dan J.H. Manuhutu.
RMS di Belanda lalu menjadi pemerintahan di
pengasingan. Pada 29 Juni 2007 beberapa pemuda Maluku mengibarkan bendera RMS
di hadapan Presiden Susilo Bambang Yudhono pada hari keluarga nasional di
Ambon. Pada 24 April 2008 John Watilette perdana menteri pemerintahan RMS di
pengasingan Belanda berpendapat bahwa mendirikan republik merupakan sebuah
mimpi di siang hari bolong dalam peringatan 58 tahun proklamasi kemerdekaan RMS
yang dimuat pada harian Algemeen Dagblad yang menurunkan tulisan tentang
antipati terhadap Jakarta menguat. Tujuan politik RMS sudah berlalu seiring
dengan melemahnya keingingan memperjuangkan RMS ditambah tidak adanya donatur
yang bersedia menyisihkan dananya, kini hubungan dengan Maluku hanya menyangkut
soal sosial ekonomi. Perdana menteri RMS (bermimpi) tidak menutup kemungkinan
Maluku akan menjadi daerah otonomi seperti Aceh Kendati tetap menekankan tujuan
utama adalah meraih kemerdekaan penuh.
Pemimpin pertama RMS dalam pengasingan di
Belanda adalah Prof. Johan Manusama, pemimpin kedua Frans Tutuhatunewa turun
pada tanggal 25 april 2009. Kini John Wattilete adalah pemimpin RMS pengasingan
di Belanda.
Di Belanda, Pemerintah RMS tetap menjalankan
semua kebijakan Pemerintahan, seperti Sosial, Politik, Keamanan dan Luar
Negeri. Komunikasi antara Pemerintah RMS di Belanda dengan para Menteri dan
para Birokrat di Ambon berjalan lancar terkendali. Keadaan ini membuat
pemerintahan Sukarno tkdak bisa berpangku tangan menyaksikan semua aktivitas
rakyat Maluku, sehingga dikeluarkanlah perintah untuk menangkap seluruh
pimpinan dengan semua jajarannya, sehingga pada akhirnya dinyatakanlah bahwa
Pemerintah RMS yang berada di Belanda sebagai Pemerintah RMS dalam pengasingan
Dengan bekal dokumentasi dan bukti perjuangan RMS, para pendukung RMS membentuk
apa yang disebut Pemerintahan RMS di pengasingan.
Pemerintah Belanda mendukung kemerdekaan RMS,
Namun di tahun 1978 terjadi peristiwa Wassenaar, dimana beberapa elemen
pemerintahan RMS melakukan serangan kepada Pemerintah Belanda sebagai protes
terhadap kebijakan Pemerintah Belanda. Oleh Press di Belanda dikatakanlah
peristiwa itu sebagai teror yang dilakukan para aktifis RMS di Belanda. Ada
yang mengatakan serangan ini disebabkan karena pemerintah Belanda menarik
dukungan mereka terhadap RMS. Ada lagi yang menyatakan serangan teror ini
dilakukan karena pendukung RMS frustasi, karena Belanda tidak dengan sepenuh
hati memberikan dukungan sejak mula. Di antara kegiatan yang di lansir Press
Belanda sabagai teror, adalah ketika di tahun 1978 kelompok RMS menyandera 70
warga sipil di gedung pemerintah Belanda di Assen-Wassenaar.
Selama tahun 70an, teror seperti ini dilakukan
juga oleh beberapa kelompok sempalan RMS, seperti kelompok Komando Bunuh Diri
Maluku Selatan yang dipercaya merupakan nama lain (atau setidaknya sekutu
dekat) Pemuda Maluku Selatan Merdeka. Kelompok ini merebut sebuah kereta api
dan menyandera 38 penumpangnya di tahun 1975. Ada juga kelompok sempalan yang
tidak dikenal yang pada tahun 1977 menyandera 100 orang di sebuah sekolah dan
di saat yang sama juga menyandera 50 orang di sebuah kereta api.
Pada saat Kerusuhan Ambon yang terjadi antara
1999-2004, RMS kembali mencoba memakai kesempatan untuk menggalang dukungan
dengan upaya-upaya provokasi, dan bertindak dengan mengatas-namakan rakyat
Maluku. Beberapa aktivis RMS telah ditangkap dan diadili atas tuduhan
kegiatan-kegiatan teror yang dilakukan dalam masa itu, walaupun sampai sekarang
tidak ada penjelasan resmi mengenai sebab dan aktor dibalik kerusuhan Ambon.
Pada tanggal 29 Juni 2007, beberapa elemen
aktivis RMS berhasil menyusup masuk ke tengah upacara Hari Keluarga Nasional
yang dihadiri oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, para pejabat dan tamu
asing. Mereka menari tarian Cakalele seusai Gubernur Maluku menyampaikan
sambutan. Para hadirin mengira tarian itu bagian dari upacara meskipun
sebenarnya tidak ada dalam jadwal. Mulanya aparat membiarkan saja aksi ini,
namun tiba-tiba para penari itu mengibarkan bendera RMS. Barulah aparat
keamanan tersadar dan mengusir para penari keluar arena. Di luar arena para
penari itu ditangkapi. Sebagian yang mencoba melarikan diri dipukuli untuk
dilumpuhkan oleh aparat. Pada saat ini (30 Juni 2007) insiden ini sedang
diselidiki. Beberapa hasil investigasi menunjukkan bahwa RMS masih eksis dan
mempunyai Presiden Transisi bernama Simon Saiya. Beberapa elemen RMS yang
dianggap penting ditahan di kantor Densus 88 Anti Teror.
I. Organisasi Papua Merdeka (OPM)
Organisasi Papua Merdeka (OPM) adalah sebuah gerakan nasionalis
yang didirikan tahun 1965 yang bertujuan untuk mewujudkan kemerdekaan Papua
bagian barat dari pemerintahan Indonesia. Sebelum era reformasi, provinsi yang
sekarang terdiri atas Papua dan Papua Barat ini dipanggil dengan nama Irian
Jaya. .
OPM merasa bahwa mereka tidak memiliki hubungan
sejarah dengan bagian Indonesia yang lain maupun negara-negara Asia lainnya.
Penyatuan wilayah ini ke dalam NKRI sejak tahun 1969 merupakan buah perjanjian
antara Belanda dengan Indonesia dimana pihak Belanda menyerahkan wilayah
tersebut yang selama ini dikuasainya kepada bekas jajahannya yang merdeka,
Indonesia. Perjanjian tersebut oleh OPM dianggap sebagai penyerahan dari tangan
satu penjajah kepada yang lain.
Pada tanggal 1 Juli 1971, Nicolaas Jouwe dan dua
komandan OPM yang lain, Seth Jafeth Raemkorem dan Jacob Hendrik Prai menaikkan
bendera Bintang Fajar dan memproklamasikan berdirinya Republik Papua Barat.
Namun republik ini berumur pendek karena segera ditumpas oleh militer Indonesia
dibawah perintah Presiden Soeharto.
Tahun 1982 Dewan Revolusioner OPM didirikan
dimana tujuan dewan tersebut adalah untuk menggalang dukungan masyarakat
internasional untuk mendukung kemerdekaan wilayah tersebut. Mereka mencari
dukungan antara lain melalui PBB, GNB, Forum Pasifik Selatan, dan ASEAN
Latar belakang
pemerontakan biasanya diawali dari ketidakpuasan masyarakat daerah atas
kebijakan pemerintah yang dirasa kurang adil. Oleh karena itu, saya berharap
kepada pemerintah, agar lebih memperhatikan daerah2 yang yang selama ini
“terabaikan” sehingga kedepannya tidak ada lagi pemberontakan terhadap
pemerintah, karena nyawa rakyat indonesia lebih berharga daripada intrik-intrik
poltik yang hanya menguntungkan sebagian orang yang berkuasa.
makasih
BalasHapusthanks
BalasHapus